Lima Ilmuan yang Menjadi Muslim (Mu’alaf) Karena Hasil Risetnya
Tuesday, March 26, 2013
0
comments
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi”.Demikian bunyi surah Ali Imron ayat 190-191
Ayat di atas menjelaskan tentang kebesaran Allah; bahwa
keberadaan dan kebesaran-Nya dapat dibuktikan melalui adanya alam semesta.
Orang-orang yang berakal (ulul Albab/cendekiawan) yang disebutkan dalam ayat
itu dapat membuktikan keberadaan Allah melalui penelitian terhadap ciptaan-Nya.
Sehingga tidak mengherankan, tidak sedikit manusia yang pada mulanya berada
dalam kejahiliyahan, akhirnya memeluk Islam dan menjadi muslim yang teguh
setelah menemukan kebenaran pernyataan Al-Quran tentang tanda-tanda kebesaran
Allah di alam semesta.
Dalam Alquran sendiri, meski baru diturunkan 14 abad yang
lalu, sudah banyak mengungkap fakta-fakta alam semesta secara ilmiah. Satu
persatu fakta-fakta itu terbuktikan kebenarannya sehingga melahirkan beragam
ilmu pengetahuan.
Pada abad modern ini, pembuktian kebenaran Alquran banyak
dilakukan oleh ilmuwan non-muslim. Bahkan tidak sedikit di antara mereka
akhirnya yang dengan keikhlasan mengucap dua kalimat syahadat.
Ada banyak ilmuwan dunia yang akhirnya mengakui kebenaran
Alquran setelah melakukan penelitian di bidangnya.
Berikut 5 ilmuwan di antaranya yang dihimpun detikRamadan
dari berbagai sumber, Kamis (16/8/2012).
1. Maurice Bucaille, masuk Islam karena jasad Fir’aun.
Prof Dr Maurice Bucaille adalah ahli bedah kenamaan
Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan
di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Kisah di balik keputusannya masuk
Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu, pemerintah Prancis menawari bantuan kepada
pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun.
Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama
dalam penelitian.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan.
Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa
dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan
kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang
dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga
dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun),
padahal telah dikeluarkan dari laut?
Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu
yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun
dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul
‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les
Momies des Pharaons et la Midecine’.
Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya
membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa
karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi
ini”.
Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin
hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898
M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya,
Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya
tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang
penyelamatan mayat tersebut.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama
kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa
as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia
tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim
tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT
yang artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”(QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan
bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya
bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir
seraya menyeru dengan lantang: “Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan
Alquran ini”.
2.Jacques Yves Costeau, si lautan terdalam menemukan
Islam.
Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli Oceanografer
dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir pada 11 Juni 1910. Sepanjang
hidupnya ia menghabiskan waktu dengan menyelam ke berbagai dasar samudera di
seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut
untuk ditonton oleh seluruh dunia melalui stasiun tv Discovery Channel.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di
bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar
yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air
laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran
yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu
penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor
muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor tersebut lalu
teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat
19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.
Ayat itu berbunyi: “Dia membiarkan dua lautan mengalir
yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui
masing-masing”.
Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : “Dan Dialah
yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan
yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas
yang menghalangi.”
Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu,
melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di
lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab
suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak
lama, Mr Costeau memeluk Islam.
3. Demitri Bolykov, meyakini matahari akan terbit dari
Barat
Sebagai seorang ahli fisika asal Ukraina, Demitri Bolykov
mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam baginya adalah fisika. Demitri tergabung
dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, yang
juga merupakan pakar fisika.
Teori yang dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan teori
yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi
pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola yang
diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada
badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.
Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut
maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam
tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak Integral
Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas
perputaran bumi pada porosnya.
Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan
“kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi
untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal
cepat atau lambatnya seiring dengan daya intensitas daya matahari.
Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara
bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970
bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi
pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam
setahun
Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari
tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bumi
dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian
tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang
berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat.
Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati
Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh
kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian.
Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia
tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam.
Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang bertaubat sebelum
matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubatnya.”
4. Dr.Fidelma O’Leary, menemukan rahasia sujud dalam
salat.
Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika Serikat mendapat
hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Ketika melakukan
penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak
dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang
cukup agar dapat berfungsi secara normal.
Penasaran dengan penemuannya, ia mencoba mengkaji lebih
serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia. Akhirnya
dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak
manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang tersebut melakukan sujud dalam
salat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat
menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal.
Rupanya memang urat saraf dalam otak tersebut hanya
memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan
memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu salat.
Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu
dapat memacu kecerdasan. Karena posisi sujud akan mengalirkan darah yang kaya
oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya
pikir seseorang.
Setelah penelitian mengejutkan tersebut, Fidelma mencari
tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan diskusi dengan rekan-rekan
muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya, ia malah merasa bahwa ajaran
Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang ketika mengkaji dan menyelami agama
samawi ini.
5. Profesor William, menemukan tumbuhan yang bertasbih.
Sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular
Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan sebuah tim ilmuwan
Amerika Serikat tentang suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa
(ulstrasonik), yang keluar dari tumbuhan. Suara tersebut berhasil disimpan dan
direkam menggunakan alat perekam canggih.
Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik kemudian diubah
menjadi menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke layar
monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut dapat dibaca dan
dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada layar monitor dalam
bentuk rangkaian garis.
Para ilmuwan ini lalu membawa hasil penemuan mereka ke
hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.
Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang
tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz
Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa
yang mereka saksikan.
Peniliti muslim ini lalu mengatakan jika temuan tersebut
sesuai dengan keyakinan kaum muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. Para ilmuwan
AS dan tim peneliti Inggris yang mendengar ucapan itu lalu memintanya untuk
menjelaskan lebih dalam maksud yang dikatakannya.
Sang peneliti muslim kemudian membaca ayat dalam Alquran
yang berbunyi:
“Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi (juga),
dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,” (QS Isra: 44).
Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat tersebut, sang
peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya
kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.
Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor
William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan:
“Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena
semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang
ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa
makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang
bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan
adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain
mengucapkan Syahadatain,” demikian ungkapan William.
Referensi
: facebook.com/dari berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment