Musibah Antara Ujian Ataukah Azab
Friday, March 1, 2013
0
comments
Apakah musibah itu sebagai ujian untuk meninggikan
derajat hamba? Ataukah musibah sebagai siksa (azab)? Atau hukuman yang
disegerakan di dunia? Ketiga kemungkinan itu bisa ada. Sehingga dengan
mengetahui hikmah musibah tersebut seharusnya membuat kita giat dan berusaha
keras untuk bersabar serta meraih pahala lewat ujian.
Musibah yang menimpa sebagaimana yang menimpa para Nabi
dan Rasul. Misalnya dengan ditimpakan penyakit dan tidak diberikan keturunan.
Maksud musibah seperti ini adalah untuk meninggikan derajat, memperbesar
pahala, dan sebagai qudwah (teladan) bagi yang lainnya untuk bersabar.
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia
berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat
ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya
lagi.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad
1: 185. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
Musibah bisa jadi pula sebagai sebab dihapuskannya dosa,
sebagaimana firman Allah Ta’ala,
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
“Barang siapa yang melakukan keburukan (baca:maksiat)
maka dia akan mendapatkan balasan karena keburukan yang telah dilakukannya”(QS
An Nisa: 123).
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا
هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى - حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا
- إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang
terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu
yang hilang)[1], kesusahan hati[2] atau sesuatu yang menyakiti[3] sampai pun
duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari no.
5641 dan Muslim no. 2573)
Musibah bisa jadi adalah hukuman yang disegerakan (baca:
siksaan atau adzab) di dunia disebabkan tumpukan maksiat dan tidak bersegera
untuk bertaubat.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ
فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ
حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan
segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia
akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada
hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al
Albani).
[Dikembangkan dari Fatwa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz]
Ya Allah, jadikanlah kami hamba yang bersabar dalam
menghadapi setiap musibah, moga mendapat pahala serta tergugurkannya dosa lewat
musibah tersebut. Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber:
rumaysho.com
0 comments:
Post a Comment