Kenali dan Waspadai Tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia
Saturday, June 15, 2013
0
comments
Beberapa saudara muslim sudah ada yang mengenali dan mewaspadai
beberapa tokoh syi’ah berikut ini. Namun mayoritas muslim belum, lantaran ada
pengaburan dan tipu-tipu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ini. Mereka para tokoh
syi’ah adalah orang-orang yang tampil di permukaan. Menurut ustadz Farid Ahmad
Okbah MA, Direktur Pesantren Al-Islam “Mereka yang ada di organisasi-organisasi
syi’ah seperti ABI, IJABI dan lain-lain tidak melakukan taqiyah (berdusta untuk
menyembunyikan keyakinan syi’ahnya).” Demikian ungkap ustadz kepada
arrahmah.com beberapa waktu lalu. Mereka syiah tulen.
Saat ini mereka semakin berani dengan mulutnya mengatakan dirinya
syi’ah, demikian pula dalam bentuk dukungan fisik material dan mental spiritual
terhadap pengikutnya. Seperti terekam dalam kehadiran tokoh-tokoh ini di tempat
pengungsi syi’ah Sampang, Madura, sebagai bentuk dukungan terhadap mereka.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh tersebut:
1. Jalaludin Rahmat
Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar
komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran
(Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia.
Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak
terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia. Pendiri dan pimpinan SMA
Muthahhari, Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC)
Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua
Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah
mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan
jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang. Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian
Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced
Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT
Misykat di Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah.
Bisa dilihat pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia
September 2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.
Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil yang
mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk
menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura.
“Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut
Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar
Jalaluddin
2. Dina Y. Sulaeman,
Perempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer
session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia
University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun
1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang. Tahun 1999
meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology,
Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan
Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai
jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.
Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak
mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku
yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor
Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine,
Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara
Suriah dan Journey to Iran.Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah
yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina,
juga syiah, dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah,
terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio
Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.
3. Haidar Bagir
Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan
Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.
Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh
karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah
dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika,
sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih
menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan
melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.
Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus
Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat
Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat
Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di
Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS.
Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu
yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.
Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE
(Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf
Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf
pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan
Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat
Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).
4. DR. Khalid Al Walid, MA
Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan
bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah
dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang
ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI
Jatim.
Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR.
Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul
desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla
Shadra”.
Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif
Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian
akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan
salah duga”. Tanyanya.
“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor
Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi
pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN
tersebut.
Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak
Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di
samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid
Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia
dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.
Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan syuro
Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif kelompok syiah di Indonesia.
Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya,
tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua
Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.
5. Muhsin Labib
Muhsin Labib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang
merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan
menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.
Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara
Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam,
Goodbye Bush,dan lainnya.
Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang
yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”
6. Penyanyi Haddad Alwi
Dia adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan
biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoyibah, diubah liriknya
dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.
Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang
Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para
pengungsi syiah.
Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak mudah
diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah untuk
menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut Al-Quran dan
sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi
Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah
(wahai Sang Penawar): Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib.
Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan
(anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”
(az muttaqin/arrahmah.com)
0 comments:
Post a Comment