Tarbiyah Bersama Muhammadiyah
Wednesday, August 21, 2013
0
comments
Oleh: Barid Setiawan
“.....siapkan barisan...
wahai putra putri....!!
...... TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfal......”
Penggalan syair lagu, yang diajarkan saat
duduk di bangku kindergartend tersebut masih terngiang. Sekilas terkesan
sederhana, namun kalaulah bisa dimaknai dapat dijadikan visi yang dapat
memberikan sejuta motivasi untuk mempersiapkan generasi masa depan. Selama
kurun waktu hampir satu abad, Muhammadiyah telah ikut berperan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Khusus di lingkup Kecamatan Minggir telah berdiri sekolah
dari tingkat Play Group, Kindergartend, SD, SMP, SMU/SMK, TPA maupun Asrama.
Pertimbangan amal usaha Muhammadiyah yang
diwujudkan dengan mendirikan lembaga pendidikan pada masa lalu didasarkan atas
pertimbangan begitu besar kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan atau lembaga
sekolah, komitmen Muhammadiyah untuk mendirikan sekolah yang bernafaskan
keagamaan sehingga bisa memberikan bimbingan dalam men-tarbiyah masyarakat
sekaligus media kaderisasi Muhammadiyah, mendirikan lembaga pendidikan menjadi
salah satu wasilah da’wah dan kaderisasi.
Perjalanan waktu telah menorehkan tabiat
dan mencetak karakter yang spesifik, berjuta problematika senantiasa menghiasi
perjalanan, banyak masyarakat dengan sukarela telah mengikhlaskan sebagian
tanah pekarangan untuk diwakafkan guna mendirikan lembaga pendidikan,
berdasarkan data dari KUA Kecamatan Minggir tercatat 29 lokasi tanah wakaf yang
diamanahkan untuk gedung sekolah Muhammadiyah, meskipun secara administrasi
pengelola tanah wakaf (nadzir) adalah Nadzir perseorangan. Sesungguhnya
Muhammadiyah memiliki aset sumber daya yang cukup, khususnya aset sumber daya
manusia dan aset tanah wakaf. Saat acara Sarasehan trah Muhammadiyah Minggir
yang diadakan bulan Januari yang lalu, ada beberapa permasalahan dalam tubuh
internal Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan, salah satu lontaran
guru-guru TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfal yang notabene anggota ‘Aisyiyah ibunda
kita, mengungkapkan fakta munculnya sekolah-sekolah baru yang menjadi
kompetitor, ada beberapa sekolah Muhammadiyah yang sudah tidak beroperasi lagi
karena kekurangan murid, kebijakan pemerintah, contohnya mengenai penghapusan
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan ada beberapa faktor lainnya. Sehingga ada
beberapa gedung sekolah Muhammadiyah yang sekarang kosong yang belum
dimanfaatkan secara maksimal. Di sisi lain sebagian besar nadzir yang dulu
mengelola sekolah Muhammadiyah telah meninggal sehingga secara administrasi
harus ada penggantian nadzir baru, pengganti nadzir dapat perseorangan maupun
Badan Hukum (NU, Muhammadiyah, LDII, Yayasan dll red) proses ini dilakukan agar
terdapat kejelasan pengelola tanah wakaf.
Karakter masa seringkali berubah,
karakter masa saat ini adalah “Padang Kurusetra”, kompetisi, masa hitam-putih,
tuntutan marketable. Menjamurnya lembaga pendidikan swasta yang bernaung di
bawah yayasan/ormas pada saat ini sebuah keniscayaan zaman, merupakan hak dan
sebagai perwujudan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa terlepas dari tujuan dan
motivasi yang sesunggguhnya ingin dicapai. Sisi suram yang sangat menyedihkan
adalah saat menjamurnya lembaga pendidikan dipandang sebagai dampak dari virus
“industri pendidikan” lembaga pendidikan menjadi pabrik pendulang uang. Dampak
positif yang terjadi secara alami di lapangan setiap lembaga pendidikan berusaha
menawarkan dan menyiapkan diri sebagai lembaga pendidikan yang marketable.
Lembaga-lembaga pendidikan yang bersama-sama memproklamirkan diri mewarisi
risalah da’wah, alangkah indah, arif dan bijaksana bersama wata’awanungalal
birri wattaqwa. Muhammadiyah masih memiliki aset yang cukup, baik SDM mapun
aset tanah wakaf yang harus dijaga, ini merupakan modal yang potensial salah
satunya untuk mengembangkan lembaga pendidikan, harus disadari Muhammadiyah
mampu menawarkan lembaga pendidikan yang mencitrakan karakter yang Islami
selama berani untuk fastabiqul khoirat, Sesungguhnya peradaban merupakan
manifestasi dari iman dan taqwa.
*) Penulis adalah Pimimpin Redaksi
Buletin Alfajr periode pertama
Sumber: http://buletin-alfajr.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment