Urusan Bahan Pokok
Saturday, September 14, 2013
0
comments
Oleh : Muhaimin Iqbal
Di negeri seperti negeri kita, dimana
menurut survey McKinsey sekitar separuh penduduknya berdaya beli kurang dari
US$ 2 per hari – porsi terbesar dari pendapatan masyarakatnya adalah digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tidak mengherankan bila kemudian di negeri ini
siapa yang menguasai bahan-bahan kebutuhan pokok – dialah yang menguasai
ekonomi. Tetapi apa sebenarnya bahan-bahan kebutuhan pokok ini ?
Bahan-bahan kebutuhan pokok kita saat ini
kita kenal dengan sebutan sembilan bahan pokok atau disingkat sembako, menurut
keputusan Menteri Industri dan Perdagangan (1998) adalah : 1) beras (atau
sagu/jagung), 2) gula pasir, 3) sayur dan buah, 4) daging sapi dan ayam, 5)
miyak goreng dan margarin, 6) susu, 7) telur, 8) minyak tanah atau gas LPG, dan
9) garam beriodium dan bernatrium.
Entah bagaimana pemerintah saat itu
merumuskan sembilan bahan pokok atau sembako ini, tetapi yang jelas dari
sembako inilah mulainya muncul problem besar ekonomi kita – seperti yang
terjadi di hari-hari ini dimana devisa kita terkuras dan nilai daya beli uang
Rupiah kita terus melemah.
Betapa tidak menjadi masalah, di urutan
pertama sembako tersebut di atas yaitu beras – negeri ini diprediksi oleh
IndexMundi – tahun ini akan menjadi pengimpor beras no 3 terbesar dunia dengan
1.5 juta ton. Hanya ada dua negara yang
impor berasnya lebih banyak dari kita yaitu China yang mengimpor 3 juta ton
untuk menutupi kekurangan produksi beras bagi 1.4 Milyar penduduknya, dan
Nigeria yang mengimpor 2.4 juta ton.
Di daftar sembako no 2 yaitu gula, negeri
kita malah menjadi importer terbesar di dunia yaitu 3.7 juta ton gula untuk
tahun ini. Yang lebih besar dari impor kita hanyalah European Union – yang
mengimpor 3.8 juta ton gula tetapi untuk 27 negara anggotanya !
Bahan-bahan lain juga masih diimpor dalam
skala yang sangat besar seperti impor daging yang bikin heboh hingga hari ini,
impor susu, buah dlsb yang semuanya tidak meng-encourage produksi dalam negeri – sehingga akan
melanggengkan ketergantungan ekonomi kita pada bahan-bahan pokok yang harus
terus diimpor.
Bahan-bahan pokok yang disebut sembako
tersebut bukan hanya akan membuat
ekonomi kita terus tidak mandiri, tetapi sebagian dari bahan-bahan pokok kita
ini juga bermasalah bagi kesehatan bila konsumsinya terus besar. Bahkan dalam
kampanye Gerakan Nasional Sadar Gizi 2011-2014, DepKes-RI telah mengkampanyekan
untuk mengurangi lemak, garam dan gula untuk usia tertentu.
Bila suatu produk – yaitu seperti sembako
ini – membuat kita tidak merdeka secara ekonomi dengan tergantung terus pada
lingkaran setan produk impor, sebagiannya bermasalah pula pada kesehatan –
bukankah ini waktunya untuk ditinjau ?
Inilah yang harus dilakukan negeri ini
baik oleh pemerintah maupun rakyatnya, yaitu meningkatkan produksi dalam negeri
untuk bahan-bahan kebutuhan pokok, serta dari waktu ke waktu meninju kembali
apa-apa yang seharusnya dikampanyekan sebagai kebutuhan pokok itu. Tentu ini
bukan pekerjaan yang mudah dan cepat, bahkan akan semakin berat dan mungkin
juga akan membuat kita tersesat dalam trial and error terus menerus bila
dilakukan tanpa petunjuk.
Maka dimanakah petunjuk itu bisa dicari
?. Hanya ada satu rujukan di dunia ini yang oleh penciptanya sendiri dijanjikan
sebagai pentunjuk beserta penjelasannya – membuat siapa saja yang berpegang
padanya tidak akan pernah tersesat selamanya, petunjuk ini juga menjadi jawaban
untuk seluruh masalah - itulah Al-Qur’an.
Apakah Al-Qur’an berbicara tentang
sembako ? tentu, bahkan sangat detil termasuk bagaimana cara memproduksinya
sehingga yang berpegang padanya tidak akan tergantung pada produk impor !
Tetapi bahan pangan pokok menurut
Al-Qur’an berbeda dengan sembako menurut keputusan menteri tahun 1998 tersebut,
jumlahnya tidak harus sembilan, bisa terus diperbanyak karena akan saling
melengkapi. Di antaranya adalah : 1) Kurma, 2) Anggur, 3) Zaitun, 4)Delima, 5)
Tin, 6)Susu, 7) Madu, 8) Pisang , 9) Jahe, 10) Diji-bijian, 11) Daging , 12)
Sayur dan buah secara umum, dlsb.
Kurma sebagi contoh, disebut 20 kali di Al-Qur’an untuk menekankan
pentingnya tanaman yang satu ini, bahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi
Wasallam dikabarkan keberkahannya
seperti keberkahan seorang muslim, di hadits lain disebutkan tidak akan
kelaparan orang yang di rumahnya ada kurma, dan sebaliknya akan kelaparan orang
bila dirumahnya tidak ada kurma. Tidak tergerakkah kita untuk memproduksi bahan
makanan pokok yang satu ini ?
Seluruh bahan yang lain juga sangat
mungkin diproduksi secara masal di negeri ini, yang prosesnya bisa dilakukan
secara paralel dengan proses introduksinya sebagai bahan-bahan makanan pokok
kita yang berdasarkan petunjukNya.
Selain sangat mungkin diproduksi, bahan-bahan
pokok dari Al-Qur’an tersebut juga secara saling melengkapi dapat memenuhi
seluruh kebutuhan nutrisi kita, mulai dari kebutuhan karbohidrat, protein dan
lemak – sampai kebutuhan unsur mikro seperti vitamin dan mineral.
Bahan-bahan pokok dari Al-Qur’an tersebut
di atas juga memiliki karakter yang unique yaitu dari sisi kesehatan dia adalah
multi fungsi – sebagai makanan, membangun ketahanan tubuh (preventive) dan
sekaligus juga mengobati penyakit (curative).
Dari sisi konsumsi, dia adalah konsumsi
yang sama bagi yang miskin maupun yang kaya. Bila orang kaya mampu makan kurma,
yang miskin-pun akan mampu makan kurma. Tidak ada waste dalam menu makanan
kurma, selalu bisa disimpan untuk dikonsumsi kembali. Bandingkan ini dengan
menu nasi beserta lauk-pauknya, betapa banyak pemborosan di rumah-rumah orang
kaya dan di pesta-pesta. Makanan yang tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat
ini, terbuang begitu saja karena tidak termakan oleh sebagian masyarakat yang
lain.
Dari sisi produksi, bahan-bahan pokok
tersebut juga memberi kesempatan yang sama bagi si kaya maupun si miskin. Tidak
ada istilah economies of scale dalam memproduksi kurma, satu atau dua pohon
yang dimiliki si miskin sama bergunanya dengan ribuan pohon milik si kaya.
Itulah sebabnya pohon kurma bahkan oleh FAO sudah dijadikan sebagai media
pengentasan kemiskinan di negeri miskin seperti India.
Sama-sama untuk pemenuhan kebutuhan
minyak, bila dipenuhi dari sawit harus dilakukan dalam skala industri –
sehingga hanya pemain besar yang bisa mengelola produksi minyak sawit ini. Bila
dipenuhi dari minyak zaitun, bahkan dia bisa diproduksi sendiri oleh rumah
tangga dengan peralatan dapur yang sederhana.
Walhasil bahan-bahan pokok yang digali
dari petunjuk Al-Qur’an ini, dia akan membawa masyarakat lebih sehat secara
jasmani – sekaligus juga akan menyehatkan ekonomi.
Tetapi ini lagi-lagi hanya akan terjadi
bila kita menggunakan Al-Qur’an itu tidak hanya sebagai bayaan (penjelasan),
tetapi juga harus benar-benar menjadi hudha (petunjuk) untuk berbuat sesuatu
dan mauidhah (nasihat) untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala bidang.
Ada manual yang begitu detil dan dijamin efektifitasnya untuk kesehatan jasmani
maupun ekonomi kita, mengapa tidak kita gunakan ? Padahal dengan inilah
insyaAllah kita akan diunggulkan ! Amin.
Sumber: geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment