Belajar dari Pilkades Sendangsari

Posted by KahfiMedia Tuesday, October 22, 2013 0 comments


“Nurhadi 699, Suradi 33, Srimulatini 977, CD Basuki 1517” (20:10:2013  16:08)

Seorang kawan mengirimkan sms ke ponsel saya. Ponsel merk G-Star buatan China yang sinyalnya semakin kendap-kendip. Ponsel seharga 300-an ribu itu, kata teman, sudah saatnya dilego. Karena jika di dalam ruangan, perlu kerja keras untuk sekedar mengirim sms. Jika ada yang kirim sms, harap bersabar, karena sms akan masuk jika ada sinyal. Jika belum, maka otomatis akan pending. Kelebihan ponsel ini terletak pada kemampuannya menyimpan 3 simcard, 2 gsm dan satu CDMA. Artinya bisa mengoperasikan 3 simcard dalam satu hape. Untuk pemerataan, saya pilih operator yang paling Indonesia (tarif mahal), setengah Indonesia (tarif murah) dan yang bukan telepon biasa (khusus telepon ke sesama jenisnya atau telepon kabel).

Ponsel ini .... (halah malah cerita tentang ponsel terus ya). Sedikit lagi. Ponsel ini sangat berguna untuk mengirimkan undangan, menyebarkan informasi dan berbagi semangat pergerakan. Salah satunya, informasi tentang hasil pilkades Sendangsari. Maka mari manfaatkan ponsel untuk membangunkan pergerakan.

Menyimak hasil pilkades Sendangsari, kita turut prihatin. Bagaimanapun Sendangsari adalah gudangnya kader Muhammadiyah. Simak saja komposisi kepengurusan untuk tingkat cabang beberapa periode terakhir. Ketua PCM, PCPM, PCNA dan PCA (kalau gak keliru) semuanya dari Sendangsari. Bisa diindikasikan Sendangsari memiliki kader-kader militan yang siap tempur. Apalagi salah satu kandidat Kades kemarin juga merupakan ketua PCM Minggir. Maka kekalahan ini semakin terasa memilukan.

Jika melihat hasil akhir, Pak Nurhadi (Islam/Muhammadiyah) mendapat 699 suara, Suradi (Islam/Muhammadiyah) 33 suara, Srimulatini (Islam/NU) 977 dan CD Basuki (Tokoh Katolik) 1517 suara. Jika Muhammadiyah dan NU bisa bersatu, jumlah suara bisa, setidaknya 1676 (699 + 977). Tetapi itu memang tidak mudah, kawan-kawan NU sebagian justru berpandangan memilih orang Katolik justru lebih mendingan ketimbang memilih orang Muhammadiyah. Prinsip ini bukan menjadi rahasia lagi, sebab sebagian mereka sendiri yang mengungkapkannya.

Berkaca pada hasil ini, setidaknya lima tahun ke depan, Sendangsari akan dipimpin oleh seorang Katolik, yang berita kemenangannya langsung ditayangkan dan diwawancarai oleh Jogja TV (TV yang dimiliki orang Bali). Maka jangan heran jika nanti dalam berbagai acara, lelayu, nikahan, sambutan-sambutan, ucapan salam dari Pak Kades hanyalag formalitas dan tidak boleh dibalas dengan salam.

Ini pelajaran penting bagi Sendang lainnya untuk mempersiapkan kekompakan umat Islam dalam menghadapi berbagai situasi. Sebab secongkrah-congkrahnya orang katolik, mereka mudah untuk diatur dan disatukan. Sehingga mereka memiliki kekuatan meskipun jumlahnya minoritas.

Kepada teman-teman di Sendangsari, selamat atas usaha yang telah dilakukan. Meskipun hasilnya mungkin belum sesuai harapan. Tetapi saya percaya usaha itu akan tetap membekaskan kesan. Seperti yang saya sms-kan kepada Pak Nurhadi, malam sebelum pilihan.


“Jika ikhtiar telah digenapkan, dan doa-doa terngkumkan. Adalah tawakal pilihan terindah. Menerima segala titah. Tak ada kemenangan tanpa sabar dan iman....”

0 comments:

Post a Comment

Terbanyak Dibaca

Sosok

Risalah

Catatan

Kabar

Halaman Dilihat