Ketimpangan Pangan Dunia
Monday, October 21, 2013
0
comments
Oleh:
Muhaimin Iqbal
SEHARI
setelah umat muslim dunia merayakan Idul Adha 1434 H, dunia memperingati apa
yang disebutnya Hari Pangan Dunia 16/10/2013. Yang menarik dari Hari Pangan
Dunia ini adalah terungkapnya data detil pangan dunia oleh FAO, yang mestinya
paling tidak bisa jadi masukan bagi para pengambil kebijakan dalam urusan
pangan ini. Di antara data tersebut adalah bahwa dari 842 juta orang yang masih
kekurangan pangan di dunia saat ini, 22.3 juta di antaranya adalah ada di
negeri ini .
Data
ini mengingatkan kita betapa pentingnya kita untuk bisa melihat di sekitar
kita, bahwa ternyata masih banyak penduduk negeri ini yang masih kekurangan
pangan. Tanggung jawab siapa ini ?, para pemimpin tentu memiliki tanggung jawab
yang lebih – tetapi kita juga ikut bertanggung jawab bila di antara tetangga
kita ada yang kelaparan.
Selain
22.3 juta orang masih kekurangan pangan di negeri ini tersebut, secara umum
rata-rata penduduk negeri ini juga mengkonsumsi jauh lebih sedikit protein dari
rata-rata yang dikonsumsi penduduk dunia. Rata-rata penduduk dunia mengkonsumi
protein 79 gram/cap/hari , sementara kita hanya mengknsumsi 58 gram/cap/hari.
Di Asia tenggara konsumsi protein kita terendah kedua setelah Timor Leste.
Konsumsi
protein hewani malah lebih jauh lagi gap-nya, dengan rata-rata konsumsi protein
hewani dunia pada angka 31 gram/cap/hari di Indonesia kita hanya mengkonsumsi
16 gram/cap/hari.
Kita
tahu bahwa protein ini berperan utama dalam membangun tubuh, maka perbedaan
yang sangat significant dengan rata-rata konsumsi protein dunia membuat
rata-rata kita juga ketinggalan dalam pertumbuhan fisik kita dibandingkan
dengan rata-rata penduduk dunia. Perbedaan ini mudah dibuktikan manakala kita
menonton sepakbola atau ketika kita berebut mencium hajar aswad saat menunaikan
ibadah haji atau umrah.
Seperti
janji Allah, di bumi ini sebenarnya tersedia bahan makanan yang cukup bagi
seluruh makhlukNya – kedhaliman manusia yang berbuat kerusakan di bumilah yang
membuat sebagian orang tidak mendapatkan haknya.
Ini
juga diakui FAO, bahwa hingga kini kekurangan pangan di dunia bukan masalah
produksi – tetapi hanya masalah distribusi. Sekitar 1.3 milyar ton makanan
dunia terbuang dan ini kurang lebih setara dengan 1/3 produksi pangan dunia.
Untuk memberi makan pada 842 juta orang yang kelaparan tersebut di atas
sebenarnya cukup dengan hanya ¼ dari
yang terbuang tersebut.
Selain
unsur-unsur makro karbohidrat, lemak dan protein saat ini ada sekitar 2 milyar
orang di dunia kekurangan unsur mikro yaitu vitamin dan mineral. Di Indonesia
saja jumlah orang yang kekurangan vitamin dan mineral ini bisa mencapai 53 juta
orang. Hal ini logis saja, karena ketika kita masih keteteran mengurusi pangan
utama yaitu karbohidrat, lemak dan protein; yang bersifat mikro seperti vitamin
dan mineral pasti kurang perhatian.
Lantas
apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut? Ada
dua hal yang musti dilakukan baik oleh pemerintah atau pihak yang berwenang
maupun oleh masyarakat itu sendiri.
Dua
hal tersebut adalah penguasaan produksi dan penguasaan pasar. Untuk masalah
produksi, tidak ada yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan pangan kita – baik
yang makro maupun yang mikro – selain memenuhinya dari produksi kita sendiri.
Tanah
kita rata-rata Alhamdulillah subur, kalau toh ada yang tidak subur –
Alhamdulillah kita masih dikaruniai hujan – dari hujan inilah kita diberi modal
utama untuk memakmurkan bumi – bahkan dari kondisi matinya sekalipun (QS 36 :
33; 50 : 9 dlsb).
Bumi
kita insyaAllah cukup untuk menanam seluruh tanaman yang kita butuhkan dalam
memenuhi segala unsur pangan kita baik yang makro maupun yang mikro. Kita-pun
mustinya bisa menanam tanaman-tanaman
yang dibutuhkan untuk pakan ternak kita secara cukup sehingga kita juga tidak harus
kekurangan protein hewani.
Tetapi
produksi hanyalah satu sisi mata uang, yang tidak lengkap bila tidak dilengkapi
sisi lainnya yaitu pasar. Pasar yang tertutup, yang termonopoli, yang dikuasai
kartel, yang didominasi pemain yang kuat, yang tidak diawasi secara adil dlsb .
akan men-discourage petani untuk menanam tanaman-tanaman yang kita semua
membutuhkannya tersebut.
Maka
urusan para penguasalah yang seharusnya membuat pasar yang adil dan memberi
kesempatan pada seluruh umat ini. Tetapi bila mereka-pun lalai dalam
melaksanakan tugasnya yang satu ini, maka menjadi tanggung jawab kita semua
untuk melaksanakannya.
Dari
kombinasi teknologi telekomunikasi yang ada sekarang, sosial media,
berkembangnya komunitas-komunitas, berkembangnya kehidupan berjamaah dlsb. ini
semua bisa menjadi peluang untuk kembali menghadirkan pasar yang ideal untuk
umat. Pasar yang dipagari dengan fala yuntaqashanna wala yudrabanna, yaitu
pasar yang adil dan memberi kesempatan pada semua orang, yang tidak membebani
para pedagangnya dengan aneka beban, pasar
yang diawasi oleh pengawas pasar berdasarkan syariat (Muhtasib).
Dengan
dua hal inilah – penguasaan produksi dan penguasaan pasar – insyaAllah kita
bisa ikut bersama-sama memberi makan di hari kelaparan, yang dengannya semoga
Allah ridlo dan memasukkan kita ke dalam golongan kanan (QS 90 : 11-18), Amin.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar
Sumber: geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment