Prof David Keldani, Pendeta yang Menemukan Kebenaran Islam
Thursday, October 17, 2013
0
comments
Oleh
Afriza Hanifa
“Saya
tidak bisa menghubungkan sebab-sebab saya memeluk Islam, kecuali kepada
petunjuk Allah RabbulAlamin. Tanpa petunjuk Allah, segala pelajaran atau ilmu,
pembahasan dan lain-lain usaha untuk menemukan kepercayaan yang lurus ini
bahkan mungkin menyebabkan orang tersesat,” ujar Prof Abdul-Ahad Dawud B.D,
bekas Pendeta Tinggi di David Bangamni Keldani, Iran.
Pendeta
David Benjamin Keldani,B.D, merupakan namanya sebelum berislam. Ia merupakan
seorang imam katolik Roma dari sekte Uniate - Chaldean. Ia dilahirkan pada
tahun 1867 di Persia dan tumbuh besar disana. Sejak kecil, ia telah dididik
untuk disiapkan menjadi pendeta. David bahkan di kirim ke Roma untuk
mempelajari teologi dan filsafat.
David
menjadi pendeta yang aktif. Ia menghasilkan banyak karya keagamaan. Ia bahkan
seringkali menulis tentang gereja di berbagai media. Prestasinya sebagai
pendeta pun sangat gemilang. David bahkan pernah diutus oleh dua Uskup Agung
Uniate-Chaldean Urmia dan Salinas untuk mewakili Katolik Timur pada Kongres di
Perancis.
Namun
di usia tuanya, ia mengalami gejolak batin. Bermula ketika terjadi perselisihan
antarsekte agama yang ia anut. Ia bahkan menemukan perselisihan berdarah. Maka
pertanyaan besar pun berkecamuk dalam pikirannya. Ia bertanya-tanya mengenai
ragam dan warnanya agama yang ia anut. Keberagaman tersebut membuatnya
mempertanyakan keauntetikan kitab suci bahkan Tuhannya.
Maka
di musim panas tahun 1900, saat ia menikmati pensiun di sebuah vila di Digala,
David memulai jalan hidayahnya. Ia membaca ulang kitabnya, kemudian
bermeditasi. Ia mencari jawaban segala pertanyaannya.
Hingga
kemudian saat pindah ke Belgia, ia bergabung kembali dengan komunitas
Unitarian. David bersama komunitas pun berkunjung ke Istanbul. Disana ia
bertemu ulama bernama Jemaluddin Effendi. Setelah banyak berbincang dengan sang
ulama, David mendapatkan hidayahnya. Ia menemukan kebenaran di dalam Islam.
David pun memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Abdul-Ahad Dawud.
Islam
sebagai Way of Life
David
merasa hidayah yang didapatkan begitu berharga. Ia bahkan tak habis pikir
mengapa hatinya condong pada Islam. Mengingat sejak kecil ia telah dididik
menjadi pendeta. Jika ditanya sebabnya memilih Islam, maka ia benar-benar merasakan
mendapat petunjuk dari Allah. David merasa sangat beruntung mendapat petunjuk
Allah.
Setelah
berislam, David pun menjadi muslim yang taat. Ia mempelajari Islam dengan
sungguh-sungguh. Ia bahkan merasakan ketenangan dan kedamaian setelah berislam.
Semua yang diajarkan Islam, ia terapkan dalam hidup. Di sisa-sisa usianya, ia
menjadikan Islam sebagai cara hidupnya.
“Dan
seketika saya percaya atas ke-Esaan Allah, jadilah Rasulnya, Muhammad SAW itu
akhlak dan cara hidup saya,” ujar David bersyukur.
Sumber: republika.co.id
0 comments:
Post a Comment