“Bismillah,
menuju Dzulhulaifah bersiap ihram, tolong doakan ya…”
“(upload
foto) Baru seumur hidup, kepala plontos abis pas haji, enak juga ya”
“Alhamdulillah,
setelah berebut-rebutan dan berdsak-desakan akhirnya batu hajar aswad tersentuh
dan tercium”
“(upload
foto)posisi di masjid Nabawi, bersiap melihat makam Rasulullah dan mengucapkan
salam”
Memang mengunggah kegiatan ibadah secara umum
di medsos kurang bijaksana, karena memang sejatinya ibadah harus dijaga
keikhlasannya. Lebih-lebih ibadah haji,
ibadah yang yang agung di mana ibadah haji mengorbankan harta, jiwa dan
tenaga sekaligus.
Bahkan
ibadah haji hanya bisa dilakukan oleh mereka yang diberi taufik oleh
Allah. Ada yang punya harta, kesehatan dan waktu tetapi tidak ada keinginan
segera haji ada juga kebalikannya, sangat ingin tetapi tidak ada harta atau
tidak ada waktu atau tidak ada kesehatan yang baik.
Pentingnya
keikhlasan dalam ibadah haji
Satu hal yang harus sangat dijaga dalam
ibadah haji dan umrah adalah keikhlasan, yaitu hanya mengharap pahala dari
Allah Ta’ala semata, bukan karena riya’, bukan karena pujian manusia dan bukan
karena “gengsi-gengsian”. Sebaiknya sebelum naik haji, kita hindari terlalu
banyak menceritakan berita akan naik haji ke mana-mana, mengunggah foto-foto latihan
saat manasik di HP dan media sosial. Apalagi ada beberapa masyarakat kita yang
sebelum naik haji mengadakan acara “selamatan” besar-besaran yang tidak
bijaksananya adalah acaranya dipaksakan, dana untuk acara hampir sama dengan
dana berangkat haji. Kita mestinya harus banyak-banyak bermuhasabah, karena
ibadah haji adalah ibadah yang agung dan membutuhkan banyak pengorbanan baik
fisik dan harta serta kesempatan melaksanakannya sangat tebatas.
Kita juga perlu muhasabah, agar ibadah haji
kita bukan sekedar haji “formalitas”. Di beberapa daerah ada cibiran dari
masyarakat, sudah kaya, anak sukses semua, usia sudah mulai lanjut, kok tidak
naik haji. Ia akan mendapatkan cibiran dari masyarakat seperti itu. Atau bisa
juga karena gengsi-gengsian, naik haji disangka
adalah simbol puncak keberhasilan seseorang. Jika naik haji berarti dia sudah
sukses, kaya, anak berhasil dan sudah punya harta yang banyak.
Hendaknya kita mengikhlaskan niat ibadah haji
hanya kepada Allah saja.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al
Bayyinah: 5)
Permasalahan niat adalah permasalahan yang
cukup berat, memang agak susah untuk benar-benar ikhlas. Bisa jadi niat awal
ikhlas akan tetapi di tengah-tengah bisa jadi riya’ atau tiba-tiba ada pujian
manusia yang datang padahal ia tidak harapkan, kemudian ia menjadi tidak
ikhlas.
Karenanya seorang ulama, Sufyan Ats-Tsauri
rahimahullah berkata,
مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي
، إِنَّهَا تَقَلَّبُ عَلَيَّ
“Tidaklah
aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu
senantiasa berbolak balik” (Jami’ Al-‘ulum wal Hikam, hal. 18)
Sebaiknya berusaha menyembunyikan amalan
Yang terbaik adalah kita berusaha
menyembunyikan amal ibadah haji kita, hanya memberitahu kepada yang
berkepentingan saja, misalnya keluarga dan teman-teman di tempat kerja. Bukan
“obral” ke sana dan ke sini. Allah mencintai hamba-Nya yang menyembunyikan
amalnya dan mencintai hamba yang hanya mengharap ridha Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ
الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya
Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan
yang suka menyembunyikan amalannya.” (HR. Muslim)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ خَبْءٌ
مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ
“Barang
siapa diantara kalian yang mampu untuk memiliki amal sholeh yang tersembunyikan
maka lakukanlah !” (Al-Albani)
Orang yang menyembunyikan sumbangannya dan
infaknya termasuk golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat nanti.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى
لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Seseorang
yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Seorang ulama Salamah bin Dinar berkata,
اُكْتُمْ مِنْ حَسَنَاتِكَ كَمَا تَكْتُمْ مِنْ
سَيِّئَاتِكَ
“Sembunyikanlah
kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu.” (Hilyah
auliya No. 12938)
Boleh
memberikan informasi seputar haji atau berbagi ilmu
Tidak mengapa meng-upload info-info penting
seputar haji atau berbagi tips pengalaman seputar haji dan umrah. Semoga ini
bisa bermanfaat bagi kaum muslimin yang sedang menunaikan atau akan menunaikan
ibadah haji.
Misalnya tips agar tidak tersesat di masjid
nabawi atau info tentang cuaca dan keadaan terbaru di sana. Ini tidak mengapa
asalkan tetap berusaha menjaga keikhlasan. Semoga ilmu yang kita sampaikan
bermanfaat bagi kaum muslimin.
Semoga Allah selalu mengikhlaskan niat kita
dan semoga jamaah haji kaum muslimin selalu berusaha menjaga niat ikhlas
mereka. Amin ya mujiibas saa-ilin.
@Gedung Radiopoetro FK UGM, Yogyakarta Tercinta
Penyusun:
Raehanul Bahraen
Sumber:
http://muslimafiyah.com
0 comments:
Post a Comment