Lulusan STM yang Mengalahkan Sarjana Teknik
Wednesday, October 8, 2014
0
comments
Kemarin, saya terbang dengan pesawat
garuda GA 324 Jakarta-Surabaya. Duduk di sebelah saya seorang bernama Yadi
Sudjatmiko. Lelaki paruh baya ini menuju Malang setelah menempuh perjalanan
panjang dari Oman. Ia bekerja di salah satu perusahaan minyak di sana. Satu
bulan sekali ia pulang ke Indonesia, berlibur satu bulan, kemudian bekerja lagi
satu bulan.
Banyak pelajaran yang saya peroleh dari
lelaki yang telah memiliki 3 orang anak ini. Pak Yadi hanya lulusan STM, tetapi
kini ia bergaji besar mengalahkan sarjana teknik yang saya kenal.
Apakah itu diperolehnya dengan mudah?
Tidak.
Setelah lulus STM ia mencari pekerjaan ke
Jakarta dan Surabaya, namun yg ia dapatkan hanya jawaban, "Kalau cari
kerja ke Kalimantan sana, jangan di kota besar."
Maka, ia pun berangkat ke Kalimantan. Di
pulau Borneo itu, Pak Yadi bekerja sebagai room boy di sebuah hotel
kemudian berpindah sebagai driver. Saat itu ia berpikir, "Ternyata ijazah
STM itu tidak ada artinya ya. Untuk bekerja di perusahaan atau kantoran saya
harus memiliki sesuatu yg berbeda yg tidak mereka miliki dan lakukan. Tapi apa
ya?"
Setelah berusaha mencari apa faktor
pembeda itu, akhirnya ia menemukannya yaitu bangun malam 2 jam sebelum shubuh
dan selalu melayani orang.
"Saya yakin sedikit sarjana yg
bangun malam dan sarjana yg senang melayani orang. Bangun malam saya mohon
ampun dan mohon pertolongan kepada Alloh. Ditambah praktiknya siang hari
melayani orang sebaik-baiknya," begitu tutur pak Yadi kepada saya.
Beberapa bulan setelah ia mempraktikkan
kebiasaan ini, ia diterima di sebuah perusahaan minyak Total. Dengan
ketekunannya, ia menguasai keterampilan yang jarang dikuasai orang, yaitu
memasang alat-alat di dalam perut bumi.
"Pekerjaan saya tidak terlihat
tetapi gajinya sangat terlihat," ujarnya sambil tertawa.
Setelah bergaji besar ia pun tidak lupa
terus melayani orang lain, baik di perusahaannya maupun di kampungnya. Untuk
melayani masyarakat sekitar, gajinya ia sisihkan untuk membeli sapi yg ia
kerjasamakan dengan para peternak dengan sistem bagi hasil atau "maro".
Lelaki ini terus bercerita.
"Saya punya pengalaman menarik, saat
saya baik sangka, menolong dan melayani peternak saya mendapat balasan lebih
besar. Waktu itu salah satu sapi saya mati, peternaknya ketakutan dan berjanji
mengganti. Tapi saya katakan, tidak usah mengganti, saya ikhlas. Sayapun
memberinya lagi sapi untuk dipelihara. Hasilnya? Sapi yg dipelihara peternak
itu melahirkannya kembar terus. Luar biasa kan?
Tak terasa, pesawat yang kami naiki
mendarat di Bandara Juanda, Surabaya. Sebelum berpisah ia menasihati saya,
"Bangunlah setiap malam sebelum kebanyakan orang lain bangun, layanilah
orang tanpa berharap balasan. Gusti Alloh ora sare (tidak tidur). Kalau anda
melakukan itu. Alloh lah yg akan melayani keperluan Anda. Enak kan?
Saya kehabisan kata-kata, tertegun
menatapnya hingga lupa mengucapkan kata-kata yg sudah sepantasnya ia terima.
"Terima kasih pak Yadi, teman
perjalananku, guruku."
Not take and give
Just give more, let Allah give you more,
insyaallah
Dengan pengeditan ejaan seperlunya
0 comments:
Post a Comment