Yusuf Mansur, Belajar Sedekah dari Semut
Friday, December 28, 2012
0
comments

Ustadz muda
ini memang pernah dibui. Urusan bisnis menyeretnya pada kasus pidana beberapa
tahun silam. Ia masuk bui tahun 1998 selama dua bulan. Di balik jeruji penjara
inilah, ia menyadari harta ternyata tidak mampu menyelamatkannya, bahkan untuk
urusan dunia saja, ketika ia membutuhkannya, ia tidak punya.
''Banyak
orang mencari-mencari, begitu mau menikmati nggak ada. Akhirnya saya sadar,
bahwa fungsi sedekah yang paling utama kalau orang mengerti, menyelamatkan dia
di dunia dan akhirat,'' ujar penggagas sinetron Maha Kasih yang berhasil
mengantongi rating tertinggi ini.
Suatu hari
di penjara, dalam kondisi lapar -- hari itu entah kenapa cadongan (jatah nasi)
tidak datang -- ia teringat mempunyai sepotong roti. Namun saat hendak
disantap, ia melihat semut berbaris di dinding selnya, mencari makan.
''Tuhan elu
sama dengan Tuhan gue. Begini dah, kalau gue berdoa tidak bakal terkabul karena
dosa gue banyak, tapi, kalau elu pada yang berdoa barangkali terkabul. Nih, elu
makan roti, tapi doakan gue bisa makan nasi. Perut lapar, nih,'' ia menirukan
lagi ucapannya saat itu.
Yusuf pun
meletakkan roti dekat semut dan membelakangi. Begitu, ia tengok kembali ke arah
semut, roti pun ternyata sudah ludes.
Anehnya,
ujar Yusuf, mestinya semut berjalan lurus tapi saat itu ia melihat keajaiban,
semut menuju ke bawah seperti ingin mendatanginya. ''Rupanya ada sesuatu yang
ingin Allah ajarkan kepada saya. Nggak sampai 10 menit saya mendapat nasi
bungkus dari rumah makan Padang,'' ujarnya.
Dari
kejadian itu ia menyimpulkan, sedekah ini sangat istimewa. ''Saya penasaran dan
mencari hadis-hadis qudsi yang ajaib seperti,'' ujarnya. Ia juga mulai gemar
mengamati keutamaan berbagi. Perlahan, sisi spiritualnya kembali terasah. Di
penjara pula ia menjadi seorang hafidz (penghafal Alquran).
Yusuf
mengaku banyak mengambil hikmah dari kejadian masa lalu. Ia tidak pernah
menyesali diri karena masuk bui. ''Dulu memang sempat berpikir, 'Ngapain malah
jadi saya yang dipenjara?', Tapi saya berpikir positif saja, pasti akan ada
hikmah yang bisa dipetik,'' lanjut bekas qori cilik nasional ini.
Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri Tangerang ini mengaku mendalami
Islam pertama kali saat menjadi 'santri sembunyi-sembunyi' di Pondok Pesantren
Darunnajah, Jakarta Selatan. Maksudnya, ia tidak terdaftar sebagai santri,
namun turut belajar di pesantren itu.
Lepas dari
madrasah tsanawiyah, ia masuk ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol Jakarta Barat.
Tahun 1992 ia lulus sebagai siswa terbaik, dan melanjutkan ke IAIN, kini
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Keluar dari
penjara tahun 1999, ia bertemu seorang ulama lokal bernama Ustadz Basyuni.
''Ada seorang haji, orang Sunda tapi punya rumah makan Padang di Terminal
Kalideres. Mau nggak kamu mengajar di terminal itu setiap malam Rabu bersama
dia?'' ia menirukan.
Yusuf
menerima tawaran itu. Jamaah pengajiannya sebagian besar adalah orang-orang
yang mencari makan di sekitar terminal itu. ''Ada preman, calo, bekas pembunuh,
bahkan ada yang pernah memerkosa mertuanya. Namun hidayah Allah itu kan untuk
siapa saja.''
Sebelum
mengajar mengaji, ia berjualan es kacang hijau. Modalnya saat itu hanya Rp 15
ribu, pemberian seorang kerabatnya sesaat seteleh ke luar dari penjara.
Hari pertama
berjualan, dari 75 kantong plastik yang harganya Rp 500, cuma laku lima
bungkus. ''Hari itu saya hanya mojok saja merenungi nasib,'' ujarnya. Sisa
dagangan yang 70 bungkus itu ia awetkan dengan bongkahan balok es seharga Rp
1.500 yang uangnya diperoleh dengan berutang. Ia sempat menangis. ''Ya Allah,
masak saya sampai ngutang Rp 1.500.''
Ia lalu
teringat teori semut-roti di penjara. Paginya, ia membagikan lima bungkus es
secara cuma-cuma kepada pengemis di terminal itu. Tak disangka, tanpa perlu
naik-turun bus Jakarta-Merak untuk menawarkan, dagangannya laku keras.
''Ini
pelajaran kedua bagi saya: sedekah itu harus di depan, jangan di belakang atau
nunggu sisa,'' jelasnya. Menurut dia, kalau sedekah dilakukan di depan, maka
sama artinya dengan mengundang kekuasaan Tuhan untuk turut andil.
Kini Yusuf
Mansur lebih dikenal sebagai dai dengan konsep Pengajian Wisata Hati-nya.
Jamaahnya tersebar di 11 provinsi dan di masjid-masjid perkantoran di Jakarta.
Tiap akhir pekan, pesantrennya dipadati jamaah korporat untuk mengaji.
Konsep
sedekah pula yang menyeretnya masuk dunia sinema elektronik (sinetron). Melalui
Maha Kasih yang digarap Wisata Hati bersama SinemArt, ia menyerukan keutamaan
sedekah melalui tayangan yang didasarkan pada kisah nyata. Sejumlah artis turut
mendukungnya, antara lain Marsyanda, Dessy Ratnasary, Tora Sudiro, Ririn, Nabila
Syaqieb, Didi Petet, Syarul Gunawan, dan Paramitha Rusyadi.
Menurut dia,
sedekah adalah salah satu upaya untuk menyelematkan bangsa dari keterpurukan
dan kebangkrutan. Ia mencanangkan slogan 'selamatkan Bangsa dengan sedekah'
pada tahun 2006. ''Sedekah dapat mengubah maqam dari yang tadinya miskin
menjadi kaya, kaya menjadi mulia, sakit menjadi sehat, dan sehat menjadi
terjaga,'' tutur Yusuf Manshur optimistis. (mualaf.com)
Sumber: jurnalhajiumroh.com
0 comments:
Post a Comment