The Death of Money (Saatnya Beralih ke Dinar)
Sunday, July 13, 2014
0
comments
Oleh
: Muhaimin Iqbal
Judul
tulisan ini saya ambilkan dari buku yang terbit sekitar tiga bulan lalu karya
penulis best seller James Rickards. Judul lengkap buku tersebut adalah The
Death of Money – The Coming Collapse of The International Monetary System.
Menurut si penulis ini system moneter internasional telah gagal setidaknya tiga
kali sepanjang abad lalu yaitu tahun 1914, 1939 dan 1971. Sedangkan kegagalan
berikutnya dia katakan sebagai maelstrom to come – peristiwa yang cepat sekali
datangnya !
Kegagalan
system moneter tahun 1914 di-trigger
oleh Perang Dunia I yang kemudian diikuti oleh hyperinflation dan
depression antara tahun 1919 sampai
1922. Kegagalan tahun 1939 juga disebabkan oleh perang yaitu Perang Dunia II
dan baru sembuh ketika dunia menyepakati Bretton Woods Systems di akhir PD II –
ketika system keuangan dunia dikaitkan langsung dengan emas.
Kegagalan
ketiga adalah ketika tahun 1971 presiden Amerika Serikat waktu itu Richard
Nixon mengumumkan bahwa sejak saat itu Amerika tidak lagi mengkaitkan uangnya
dengan emas. Dampak dari pengingkaran Bretton Woods Systems – yang sebenarnya
disponsori oleh Amerika Serikat sendiri ini – telah membuat Dollar sudah nyaris
collapse tahun 1978.
Mirip
dengan tiga kegagalan sebelumnya, menurut James Rickards ini kegagalan keempat
akan melibatkan perang, emas dan chaos. Lantas apa penyebabnya ? Selain perang
fisik yang melibatkan Amerika Serikat di sejumlah negara-negara lain, kegagalan
keempat juga akan di-trigger oleh currency wars, deflation, hyperinflation dan
market collapse.
Kegagalan
Dollar juga berarti kegagalan system moneter dunia karena sampai saat ini
Dollar adalah reserve currency – mata uang yang juga digunakan sebagai cadangan
devisa bagi seluruh negara di dunia – termasuk Indonesia. Kegagalan system
moneter di dunia atau proses menuju ke-kegagalan itupun sudah cukup untuk apa
yang disebut money and wealth detachment – perpisahan antara uang dan
kemakmuran.
Kita
yang di Indonesia sejak kemerdekaan RI 69 tahun silam juga sudah pernah
mengalami satu kali kegagalan yaitu ketika kita harus melakukan sanering di
tahun 1965/1966, kemudian juga sekali nyaris gagal ketika nilai tukar kita
merosot tinggal 1/6-nya di puncak krisis 1998 – yang kemudian tidak sepenuhnya
sembuh hingga kini – ketika daya beli uang kita tinggal kurang dari ¼
dibandingkan dengan era sebelum krisis moneter 1997/1998.
Perpisahan
antara uang dan kemakmuran juga sudah lama terjadi di negeri ini. Hal ini
dengan mudah bisa kita lihat dari bahasa yang kita gunakan ! Dahulu istilah
jutawan adalah untuk menyebut orang yang makmur dengan memiliki harta satu juta
atau lebih. Jutawan saat ini – orang yang memiliki uang satu juta atau lebih –
masih berhak atas zakat kecuali setidaknya mencapai 40 kalinya (nishab zakat 20
Dinar sekitar Rp 40 juta).
Ketika
terjadi perpisahan antara uang dan kemakmuran, kita tidak lagi bisa
mengandalkan uang dan produk-produk turunannya seperti tabungan, dana pensiun,
asuransi dlsb. sebagai instrument untuk menyimpan atau sekedar mempertahankan
kemakmuran kita. Lantas apa yang bisa ?
Yang
bisa menyimpan atau mempertahankan kemakmuran
adalah benda-benda riil seperti emas (di kita berarti juga Dinar),
tanah, rumah, ternak, tanaman dlsb. Dari sini pulalah kita sekarang dengan
mudah memahami hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut :
Dari
Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang
bahwa harta muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung
dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa
fitnah (kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)
Sebenarnya
inilah yang sedang kita lakukan sejak setidaknya tujuh tahun terakhir, yaitu
berusaha sekuat tenaga untuk bisa menghidup-hidupkan kembali peradaban Islam
yang semuanya memiliki dasar yang kuat dari Al-Qur’an maupun hadits.
Kita
memiliki cara-cara sendiri dalam mengelola urusan dunia kita - yang sebenarnya
hanya jalan untuk sampai pada kehidupan yang hakiki setelah ini. Di semua aspek
kehidupan, cara kita sendiri ini benar adanya – mulai dari mengelola moneter,
kesehatan, pendidikan, pertanian dlsb. dlsb.
Maka
sebelum pusaran kegagalan system moneter internasional itu menarik kita ke
dalamnya – menarik kita terjerembab ke dalam lubang biawak mereka, kita harus
dengan sekuat tenaga dan secepatnya bangun dari tidur lama kita – bangun untuk
mulai menghidup-hidupkan peradaban kita sendiri. InsyaAllah
Sumber: geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment